Kamis, 26 April 2012

My Dream Board


Teman, aku ingin menanyakan tiga pertanyaan untukmu.
Pertanyaan pertama : Adakah orang di dunia ini yang tidak punya mimpi ? Pasti semua akan menjawab “TIDAK”.
Baiklah, aku akan bertanya lagi, siapa yang saat ini punya deretan mimpi yang ingin dicapai ? Jawabannya sudah dapat aku tebak, pasti serentak menjawab “SAYA”.
Oke, pertanyaan terakhir  berapa banyak mimpi kalian yang sudah terwujud teman ?  Semoga satu persatu mimpi kalian telah tercoret dan saat kalian membuka mata untuk menatap hari baru, maka saat itulah perjuangan untuk mencapai mimpi selanjutnya akan dimulai.

                Begini teman, ketika aku menjelajah ke blog sebelah aku lihat beberapa tulisan yang mengatakan bahwa ia telah berhasil mencapai mimpi yang selama ini tak pernah terbayangkan baginya. Lalu munculah pertanyaan dalam benakku, “Sampai saat ini Ntan, sampai usiamu hampir berkepala dua mimpi apa saja yang telah kau capai ? “
                Aku pun mulai memikirkan jawabannya, “Mimpi apa yang aku capai ataukah aku baru saja memulai menuliskan mimpi-mimpi itu ? ” Aku tak tahu apakah ini dikatakan sebagai keterlambatan atau bagaimana karena aku menyadari pentingnya menulis mimpi-mimpiku jauh setelah orang lain menyadari akan kekuatan mimpi.  Alasanku emngatakan keterlambatan adalah karena selama ini aku tak pernah menuliskan mimpi-mimpiku, aku hanya membayangkannya dan aku pun tidak berani bermimpi yang sangat tinggi. Takut jatuh, itu alasanku.
Kalau diingat-ingat, pertama kali aku menuliskan mimpi-mimpiku dalam sebuah kertas yaitu ketika ada acara motivasi persiapan Ujian Nasional semasa kelas tiga SMA. Sehari sebelum acara itu dimulai, aku dan teman-teman sibuk mengumpulkan peralatan berupa kertas manila putih, spidol aneka warna, alat tulis, gunting, lem, majalah bekas, dan satu benda  special “foto orang tua”. Aku tak tahu alasannya mengapa kami disuruh membawa pernak-pernik semacam itu, bukankah ini acara motivasi? Karena alasan yang tidak jelas, maka aku pun membawa majalah seadanya. Saat itu aku membawa majalah wanita, itupun aku dapatkan dari tetangga. Benar-benar  ga modal. Bahkan aku sengaja mengambil foto bapak ibuk yang terbingkai indah di dinding untuk aku bawa. “ Yang penting bawalah, kan cuma acara motivasi “, pikirku. Sampai akhirnya aku tahu, bahwa apa yang aku bawa itu yang nantinya akan menjadi motivasi terbesar dalam diriku.
Saat itu pembicara yang diundang sekolahku bukan pembicara acak-acakan, beliau adalah seorang motivator yang sudah melanglang buana, dan beliau juga sudah menerbitkan beberapa buku.  Namanya siapa aku lupa, yang jelas beliau beda dikit lah sama Pak Mario Teguh, 11-12 ( ini bentuk apresiasiku terhadap beliau ). Siapapun beliau, kalau Anda tidak sengaja membaca tulisan saya ini maka satu kata yang ingin saya ucapkan “Terima Kasih”.  Saat itu beliau, bapak yang aku lupa namanya menyuruh kami menyiapkan peralatan yang kami bawa, kemudian meminta kami  mencari gambar apapun dari majalah yang kami bawa dimana gambar itu bisa mendiskripsikan mimpi masing-masing. Kemudian tempelkan di kertas manila, ditulisi dan dihias sebagus-bagusnya.  Hal terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah memberikan judul, tepat ditengah-tengah kertas  harus ditulisi “My Dream Board”, kemudian lanjutkan tulisan “Bismillahirohmanirohim”, tak lupa di bagian kertas paling bawah pun diberi tulisan “Alhamdulillah mimpiku sudah terwujud”.
Aku pun mulai membolak balik majalah yang aku bawa, sibuk menggunting sana sini dan menempelkannya di kertas. Tak banyak yang aku tempelkan, hanya beberapa, dan menurutku itu sudah mewakili mimpi-mimpiku saat itu. Berikut daftar gambar yang aku tempel beserta eksekusinya.
1.       Tepat di bawah tulisan “My Dream Board” aku menuliskan lulus Ujian Nasional dan kuliah di universitas yang aku inginkan (STAN).

Mimpikupun terwujud. Aku berhasil memperoleh kemenangan dengan mengantongi ijasah kelulusan. Begitulah kehidupan, harus ada penyeimbang, ketika ada keberhasilan maka harus ada kegagalan. Begitu pula mimpiku, aku berhasil lulus Ujian namun aku tak berhasil masuk perguruan tinggi yang sejak aku SD menjadi cita-cita banyak orang ( aku, orang tuaku, kakek nenek, bahkan tetangga terdekatku ). Saat itulah aku mengalami kekecewaan dan kesedihan  yang sebelumnya tak pernah terjadi. Sungguh sulit untuk bisa bangkit dan menerima kenyataan. Aku bahkan menyimpan cerita ini sangat rapat hanya untuk aku dan orang-orang tertentu. Itu masa lalu yang kelam, namun aku sudah berdamai dengan masa laluku, dan aku akan membagi kisahnya.


2.       Saat itu aku membawa majalah wanita, maka akan sangat mudah mencari gambar seorang wanita berjilbap. Dan akhirnya aku menempelkan gambar wanita berbaju muslim merah dan berkerudung hitam. Gambar itu dilengkapi dengan gambar piala yang berkilau yang tertempel disampingnya.
Ini mimpiku yang mulia teman, walaupun saat itu aku belum memutuskan akan memakai kerudung atau tidak saat kuliah, namun aku mempunyai mimpi itu. Berati kapanpun itu, aku akan berusaha mewujudkannya. Dan akhirnya Allah memberikan hidayah kepadaku, terlihat sekarang aku sudah sedikit demi sedikit belajar menjadi seorang muslimah yang baik, dengan hal pertama yang aku lakukan adalah menutup auratku. Itu aku mulai ketika pertama kali masuk kuliah. Oh ya, gambar piala itu menunjukkan bahwa aku saat kuliah nanti selain ingin memakai kerudung juga menjadi mahasiswi berprestasi. Jadi kesimpulannya menjadi muslimah yang berprestasi. Manis serta anggun tentunya. Alhamdulillah juga selama kuliah ini Allah senantiasa memberikan kemudahan bagiku, dan semoga itu selalu aku dapatkan seterusnya dan seterusnya.
           Itulah daftar mimpi-mimpiku yang sudah aku capai sampai saat ini. Namun aku masih menempelkan beberapa gambar lagi dalam kertas putih itu, diantaranya :
1.       Gambar Ka’bah bersandingan dengan foto bapak ibuk.
2.       Foto salah satu tempat menarik  di dunia, aku ingin keliling dunia.
3.       Gambar rumah dan mobil.
4.       Gambar buku dengan nama penulisnya “Adininggar Khintana Dewi”.

Aku hanya menempelkan gambar-gambar itu dalam kertasku, itupun karena keterbatasan waktu dan gambar di majalah yang aku bawa. Namun itu sudah mencakup semuanya. Aku pun berlari ke depan menyusul teman-temanku yang sudah terlebih dahulu menceritakan mimpinya kepada bapak motivator itu dan sejenak kemudian bapak motivator itu membubuhkan tanda tangannya di atas “My Dream Board” ku setelah aku menceritakan mimpi-mimpiku kepadanya. Aku pun berlari kembali ke tempat teman-temanku berada bersama mereka saling membubuhkan tanda tangan di “My Dream Board” masing-masing. Sebagai tanda kami saling mendukung mimpi-mimpi yang tertulis di kertas itu. Dan kami akan saling mendoakan satu sama lain.


Begitulah teman, kisah pertama kali aku menuliskan mimpi-mimpiku. Memang baru dua mimpi besarku yang telah aku capai, bahkan ada juga mimpi yang tak berhasil aku dapatkan. Namun itu tak masalah karena kegagalan hal yang biasa dalam hidup. Hanya yang bisa melawan kegagalan itulah yang akan menjadi pemenang. Kegagalan itupun tidak membuatku menjadi enggan untuk bermimpi. Namun membuatku untuk semakin banyak menuliskan mimpiku walaupun itu sederhana, aku akan berusaha mendapatkannya. “My Dream Board” ku ini masih aku bawa, namun tidak aku tempelkan, terlalu besar. Namun aku menuliskannya lagi  bersama deretan mimpi-mimpiku yang baru dan aku tempelkan di samping tempat tidurku di kosan. Semoga itu bisa menjadi pengingatku untuk menjadi seorang pemimpi yang berhasil memeluk mimpi-mimpinya. Doakan aku teman. Aku juga akan mendoakanmu dan mimpi-mimpimu. Semoga kita berhasil…


IM-K4, di depan tana
26/04/2012
12.09 AM

2 komentar: