Selasa, 13 Desember 2011

Perang 1

              Kursi ini ternyata kering, tidak basah seperti yang teman-temanku katakan. Yah, julukan itu memang suatu kata yang tak berdasar. Asal mula julukan itupun dari kejadian yang biasa saja, namun saking biasanya membuat julukan itu selalu melekat di hati kami. Lucu memang, dan itu mungkin akan menjadi satu kenangan indah dalam MI 2010 sampai kapanpun.

               Aku duduk di kursi ini, termenung melihat beberapa kelompok temanku yang sibuk mengerjakan prototyping tugas RPL2. Sedangkan si Empunya kursi, entah pergi kemana, meninggalkan si kerudung merah di sampingnya. Prototyping mereka memang sudah selesai dengan lancer, berbeda dengan prototyping kelompokku yang entah sampai dimana kemajuannya. Apakah sudah bias berjalan? Atau masih merangkak, duduk, atau justru tidur dengan nyenyaknya? Aku tak tahu.

                Bukannya aku tak peduli. BUKAN. Jelas itu bukan sikapku. Namun, aku memilih untuk sejenak meninggalkan singgasanaku. Sebenarnya sejak tadi malam aku ingin mengurangi sikap menyebalkan dari diriku. YA, aku memang menyebalkan. Dan mungkin tak semua orang bisa menerimaku dengan sikap menyebalkanku itu.  Dan setelah aku berinisiatif untuk menguranginya justru sikap menyebalkanku itu muncul dengan kapasitas yang melebihi kuota. Bayangkan saja, tak hanya mengurangi, namun sikap menyebalkan itu membuatku harus terusir dari singgasanaku dan meninggalkan temanku sendirian.

              Mungkin terlalu cepat respon yang kuambil hingga tak memikirkan dampaknya, oh biarlah penyesalan memang datang terlambat. Sebenarnya aku sudah menyuruh penyesalan tak datang, namun dia masih saja datang.  OK, selamat datang penyesalan. Biasanya penyesalan datang bersama dengan kata maaf, kata maaf yang mengiringi kedatangan karyawan.

              Benar saya  Benar, saya  menyesal namun saya belum minta maaf. Itu salahku. Namun menurutku tak semuanya salahku, dia setidaknya mengganggapku. Memang aku tak sepandai dia, tapi aku juga bias memikirkan yang terbaik untuk kelompok kami.

               Susah memang menyatukan pendapat dengan orang lain. Aku sudah mencoba mengerti namun jika masih seperti ini itu terserah Anda.

0 comments:

Posting Komentar