Rabu, 10 April 2013

Sahabat

Seorang sahabat tidak selalu dekat dengan mata, namun akan selalu dekat dengan hati. "Pokoknya harus cerita nte.. :(", salah satu isi tweetku untuk sahabatku. Malam itu, aku dan satu orang sahabatku yang super kreatif (baca: Dian) sedang mencoba mengorek-ngorek informasi penting dari sahabatku yang lainnya (baca:Ratih). Kemarin Ratih ulang taun, dan kami pun mengucapkan selamat dilengkapi dengan beberapa baris doa untuknya. Walaupun hanya lewat dunia maya, namun ucapan selamat yang singkat itu mampu membawa topik pembicaraan yang ternyata ga singkat. Bahkan aku dan Dian berkali-kali harus menuliskan tweet yang berisi bujuk rayu agar Ratih mau bercerita informasi penting tentang dirinya kepada kami. Saking pengen taunya, temanku Dian sampe menuliskan " ceritaa.. udah kepo tingkat tante2 rempong ini", bukti kekreatifannya. Dian memang seperti itu, bisa mengolah kata'' biasa menjadi luar biasa. Mulai dari mengubah namanya sendiri, Dian = Naid, Lucu = Ucul. Aku dua tahun sebangku dengannya ketika kami duduk di bangku SMA. Sebagai teman sebangkunya, tentu saja aku selalu perhatian atas apa yang dia lakukan termasuk kebiasaannya mencorat-coret buku fisika yang super tebel itu. Dan diantara corat-coretannya, ada beberapa yang menarik perhatianku, salah satunya "NAID UCUL".Termasuk malam ini, dengan tiba-tiba dia menyematkan panggilan "tante" kepadaku dan Ratih dan dengan mudahnya kami mengikuti jejaknya, mulai saling memanggil dengan sebutan "tante".


Ratih, si pembuat topik menarik. Dari beberapa baris ucapan selamat ulang taun yang lengkap dengan doa-doa dariku dan Dian, Ratih pun menjawab dengan beberapa kalimat berisi ucapan terima kasih, embel-embel lain, dan satu kalimat yang sangat menarik perhatian kami. Satu kalimat pamungkasnya yang membuat kami rela menunggunya selama perjalanan Pati-Solo sambil terus memandang twitter dan menunggu DM darinya. Beberapa jam lamanya kami saling berbalas tweet, isinya sama, tak jauh-jauh tentang rayuan agar Ratih mau menceritakan maksud dari kalimat pamungkasnya itu kepada kami. Memang dari dulu kami selalu berbagi cerita, dua tahun berada dalam kelas yang sama membuat kami semakin dekat satu sama lain. Kami sering terlihat bersama, sebenarnya bukan hanya kami bertiga. Namun kami berempat, aku, Dian, Ratih, dan Twin. Kami kemanapun selalu bersama. Bahkan ketika masih jaman-jamannya sinetron "Kepompong" kami berasa menjadi keempat sahabat yang ada di sinetron itu. Dian, dia memilih sebagai Cha Cha, alasannya karena dia agak tomboi. Kemudian Ratih, dia menjadi Helen. Aku menjadi Tasya, karena aku yang berperawakan paling tinggi diantara mereka. Dan Twin menjadi Baby, seorang cewek yang feminim abis.

Beberapa lama menunggu akhirnya Ratih mengirimkan pesan itu kepadaku dan Dian melalui DM. Hanya satu kalimat yang dia kirimkan kepada kami, kalimat itu diakhiri emo senyum yang menandakan dia saat ini sedang merasakan bahagia. Dengan cepatnya Dian pun menuliskan tweet dan memention aku, Ratih, serta Twin . Isinya tentang keinginannya untuk bisa berkumpul bersama, berempat. Dian juga mengirimkan pesan lewat WA kepadaku yang isinya dengan suksesnya bisa menggetarkan hatiku. "Pengen deh, bobo bareng kalian bertiga". Dalam hati, aku juga pengen. Pengen banget. Semoga sebelum rencana itu berlangsung, kami bisa berkumpul bersama dan bercerita sepuasnya. :)

Memang benar, " Seorang sahabat tidak selalu dekat dengan mata, namun akan selalu dekat dengan hati". Seperti kami, walaupun sudah lama tidak bertemu dan tak saling bercerita. Bahkan untuk sekedar mengirimkan sms atau menelpon pun jarang kami lakukan. Namun  kami masih saling memiliki perasaan yang sama, perasaan yang ada dari dulu sampai sekarang, perasaan yang tidak akan pernah berubah, perasaan saling menyayangi sahabat.

Miss you all..
Dian, Intan, Ratih, Twin.. ^^