Jumat, 07 Januari 2011

Cerita baru nih


Lama ga posting, akhirnya posting juga,,,
Hehehe :DD
Baiklah, kali ini aku akan bercerita tentang kisah seekor ulat bulu...

Itu si Ulat Bulu

Di sebuah desa kecil dipinggiran kota, tinggal sekelompok ulat bulu desa. Desa itu begitu damai, udaranya sejuk, disekeliling desa banyak terdapat lahan-lahan hijau yang enak untuk didatangi. Memang mereka hidup jauh dari kota, namun mereka tetap berslogan my village is my paradise, desaku adalah surgaku. Slogan yang selalu ditanamkan turun temurun itu membuat mereka enggan untuk beranjak dari tanah asal mereka. Kebanyakan dari mereka memilih tetap berada di desa walaupun tidak ada perubahan yang signifikan dalam kehidupan mereka.
Namun, tidak semuanya memutuskan untuk tetap di desa. Beberapa ulat bulu memilih untuk hijrah ke luar desa, entah ke kota ataupun ke tempat lain. Salah satu yang mendasari keputusan mereka adalah keinginan mencari daun-daun tanaman yang lebih hijau dari tempat asal. Namun mereka tak lantas meninggalkan desa, mereka kerap kali kembali ke desa yaitu ketika mereka mengingat slogan yang ditanamkan di hati mereka. Dimanapun saat ini kau berada, tetaplah ingat desamu, karena desamu adalah surgamu.
Ada satu ulat bulu yang bisa dikatakan  remaja akhir. Apa itu? Istilah baru untuk menggambarkan remaja yang akan memasuki usia dewasa. Ulat bulu satu ini berbeda dari yang lainnya, ia menanamkan slogan baru selain slogan desa di dalam dirinya. Yah, my place is my paradise, tempatku adalah surgaku. Ia tak ambil pusing dimana sekarang ataupun nantinya ia berada, selama itu keinginannya dan berada dengan ulat-ulat lain yang dikasihinya, maka ia merasa senang, tak peduli dengan komentar ulat lain.
Suatu hari, ulat bulu memutuskan untuk berpetualang ke sebuah kota yang letaknya jauh dari desa asalnya. Jalanan panjang penuh kerikil yang terlihat dua kali lebih besar dari tubuhnya kerap kali ia temui sepanjang perjalanan. Butuh waktu yang cukup lama hingga akhirnya ia sampai di sebuah kota yang terasa asing. Ketika memasuki pintu gerbang kota, ia tak lagi sendiri, beberapa ulat bulu dari desa lain yang memiliki tujuan sama dengan dialah yang mulai saat ini akan dijadikan sebagai saudara.  
Tak lama berada di kota, si ulat bulu telah menemukan tempat untuk menetap, yaitu di sebuah daerah bagian utara kota besar itu. Dia pun telah mempunyai tempat tinggal yang memang berbeda jauh dari kondisi desa asalnya, namun ia akan tetap merasa nyaman.
Semakin lama tinggal di kota itu, si ulat bulu menemukan banyak teman baru, mereka umumnya adalah penghuni asli kota itu, namun tak sedikit dari mereka yang juga berasal dari desa-desa dari seluruh pelosok negeri. Ia pun menjalani kehidupan barunya dengan rasa senang, ia menikmati semuanya.
Ia tak sengaja bertemu dengan ulat bulu lain yang ia rasa menyenangkan. Ulat bulu ini berbeda dengan yang lainnya, ia begitu baik. Si ulat bulu desa begitu respect dengan teman barunya itu, ia ingin suatu hari teman barunya itu mau menemaninya menjelajahi kota  dan mengantarnya kemanapun ia mau pergi. Namun si ulat bulu desa sadar itu hanya impian yang tak tentu.
Sungguh tak diduga, suatu ketika si ulat bulu ini mengajak ulat bulu desa untuk jalan-jalan naik ke atas pohon. Awalnya si ulat bulu desa enggan menerima ajakan itu, ia takut. Apakah ia yakin akan naik ke pohon bersama temannya itu?  Dia takut temannya  meninggalkannya ketika di per jalanan, ia sadar kalau dia masih buta arah. Namun disisi lain ia pun ingin mencoba naik ke pohon, melihat keindahan pemandangan dari atas pohon bersama teman baiknya akan terasa lebih berkesan, apalagi itu adalah impian yang selama ini ia tutup rapat.  Sekarang, ketika ada celah untuk membuka kembali tong yang berisi mimpinya itu, mengapa tidak? Itulah yang ada dipikirannya saat itu. Dan akhirnya ia memutuskan untuk menerima ajakan temannya, mereka pun mulai menaiki pohon.   
Awal perjalanan, si ulat bulu  merasa senang, bahkan lebih dari yang ia bayangkan sebelumnya,  ini membuatnya sangat gembira. Semakin lama berjalan, ia mulai menikmati semua yang ada disekitarnya, pemandangan sepanjang jalan, udara yang sejuk, bahkan kebersamaan dengan temannya pun ia rasakan begitu nyata. Mereka terus saja berjalan.
 Mereka masih berjalan, tiba-tiba temannya berhenti. Si ulat bulu pun ikut berhenti. Temannya itu kemudian berjalan mendekati ulat bulu, ia berkata bahwa saat ini ia sampai di tempat yang ia inginkan, ia akan mengurus suatu hal. Temannya itu mulai mengerjakan sesuatu. Entah apa yang dikerjakan?  Temannya terlihat kesulitan mengerjakan itu. Si ulat bulu mencoba bertanya dan menawarkan bantuan. Namun temannya tak juga meresponnya. Semakin lama temannya itu beranjak dari tempat awal mereka berdiri. Tanpa banyak bicara, temannya pun mulai sedikit demi sedikit bergerak ke arah yang berlawanan.
Si ulat bulu bingung melihat perubahan yang terjadi kepada temannya itu. Ia tak seperti dulu. Apa yang salah pada ulat bulu hingga temannya berubah? Ia tak juga menemukan jawabannya. Si ulat bulu masih saja berdiri ditempat terakhir ia bersama temannya. Tak juga menggerakkan kakinya. Ia berpikir apa yang harus ia lakukan. Ia tak mungkin melanjutkan perjalanan ke atas pohon tanpa ada teman disisinya, karena hanya temannya yang bisa membawanya ke tempat yang indah itu. Muncul dua pilihan dalam pikirannya, pertama, apakah ia harus menyusul temannya dengan segala kemungkinan? Toh temannya telah berkata tidak akan meninggalkannya sendirian di atas pohon itu. Namun, ia takut temannya lupa akan kata-kata yang pernah diucapkan pada si ulat bulu. Ataukah si ulat bulu harus merelakan keinginannya melihat indahnya pemandangan  dan kembali menuruni pohon? Ia tentu akan sendirian menuruni pohon. Namun ini lebih jelas karena ia bisa kembali ke rumah dan bertemu ₁saudaranya.

  1. Saudara : ulat bulu lain seperti yang dijelaskan pada paragraf 4.

Si Ulat Bulu bertanya padaku kawan, apa yang harus ia lakukan. Sedangkan akupun bingung untuk menjawabnya, aku tak terlalu bijak untuk memberikan saran kepada ulat bulu itu. Apakah diantara kalian ada yang mau memberi saran??

*to be continue ...

10 komentar:

  1. ulet bulu yang malang...
    makanya jangan ke pohon dong....
    ngapain ke pohon...??
    sekarang telpon ulet saudara deh, suruh jemput kamu yg themengkreng nk uwit...

    BalasHapus
  2. komentar:
    1> aku suka kata "themengkreng" nya,, keren :DD
    2> ga tau, ke pohon pengen liat yang bagus2 aja..
    3> saudara, jemput si ulet dong, kasih tau ma dia, suruh pulang aja,

    dan menutup kembali impiannya ke dalam tong, mungkin pas buka tong terlalu lebar jadi impiannya lari khemana-mana..
    (hahaha :DD)

    BalasHapus
  3. iiiihhhh pd alay ni
    ni lagi 1 yang bikin
    stress gr" kbnykn ngoding c
    mknya kluarnya ulat bulu
    ulatnya jg ngapain ke kota yang sumpk n yang jls pohonnya gk se enak di kmpung boy

    BalasHapus
  4. yey, dasar kingkong..
    ke kota nyari pegalaman, berjuang buat bisa maksimal pas jadi kupu2 ntar..
    ah kau ini..

    iyya lah boii,,
    ayoo, tolongin ulat bulu dong..

    BalasHapus
  5. pinter jg tu ulat bulu
    @ ulat bulu: semangat ja deh
    terusin ja deh
    kalo mang niatnya dh bulat bwt nyari pengalaman ya lanjutin ja naik pohonnya
    teman sejati gak kan pernah ninggalin kamu
    kolo mang dy ninggalin kamu, akan da tman baru yang kan kau temui di tengah perjalannanmu lainnya yg lbh stia
    jngn turun lgi
    cape naiknya
    bikin laper
    ntr kurus krempeng kyk yg bwt

    BalasHapus
  6. kingkong: heyy..
    jangan ngece ye :P
    wah, gitu juga boleh, tp si ulat bulu maunya ma temennya itu sih,
    tp gmna kalo tmnnya ga dteng2 ya?

    katanya si ulat bulu, untuk saat ini dy susah kl harus ganti temennya itu dgn temen baru,

    tunggu aja deh katanya,
    :)

    makasih ya komennya, ntar ak sampein ke si ulat bulu,
    kalo dy crita ke ak ntar ak posting lagi..
    hehehe

    BalasHapus
  7. gw saranin spya ulat bulu ikut temennya ..
    cz drpda si ulat bulu terus naik ke atas n' dy ga tau rintangan apa yang akan dihadapinya...
    mungkin aja di makan burung,....
    cz tdak semua hal bisa dilakukan dengan diri sendiri....
    mngkin tmen si ulat bulu ada suatu alasan untuk mengambil keputusan itu....

    BalasHapus
  8. temennya itu sibuk, si ulat bulu dibiarin..
    apa dy juga harus tetep ikut??

    trs kalo misalnya kemungkinan si ulat bulu ga bsa naik pohon jg ga papa ko,
    itu kan cuma sekedar "jalan-ljalan"..

    BalasHapus
  9. drpada ntar tmen si ulat bulu ga kembali naik ke pohon trus si ulet bulu kesasar gimana???

    lbih baik ikut temennya....

    BalasHapus
  10. apa ga enakan turun aja?
    nunggu ga enak tau...

    jadi jalan2nya dibatalin.

    BalasHapus