Seorang sahabat tidak selalu dekat dengan mata, namun akan selalu dekat
dengan hati. "Pokoknya harus cerita nte.. :(", salah satu isi tweetku untuk
sahabatku. Malam itu, aku dan satu orang sahabatku yang super kreatif (baca:
Dian) sedang mencoba mengorek-ngorek informasi penting dari sahabatku yang
lainnya (baca:Ratih). Kemarin Ratih ulang taun, dan kami pun mengucapkan
selamat dilengkapi dengan beberapa baris doa untuknya. Walaupun hanya lewat
dunia maya, namun ucapan selamat yang singkat itu mampu membawa topik
pembicaraan yang ternyata ga singkat. Bahkan aku dan Dian berkali-kali harus menuliskan
tweet yang berisi bujuk rayu agar Ratih mau bercerita informasi penting tentang
dirinya kepada kami. Saking pengen taunya, temanku Dian sampe menuliskan "
ceritaa.. udah kepo tingkat tante2 rempong ini", bukti kekreatifannya. Dian memang
seperti itu, bisa mengolah kata'' biasa menjadi luar biasa. Mulai dari mengubah
namanya sendiri, Dian = Naid, Lucu = Ucul. Aku dua tahun sebangku dengannya
ketika kami duduk di bangku SMA. Sebagai teman sebangkunya, tentu saja aku
selalu perhatian atas apa yang dia lakukan termasuk kebiasaannya mencorat-coret
buku fisika yang super tebel itu. Dan diantara corat-coretannya, ada beberapa
yang menarik perhatianku, salah satunya "NAID UCUL".Termasuk malam
ini, dengan tiba-tiba dia menyematkan panggilan "tante" kepadaku dan
Ratih dan dengan mudahnya kami mengikuti jejaknya, mulai saling memanggil
dengan sebutan "tante".
Ratih, si pembuat topik menarik. Dari
beberapa baris ucapan selamat ulang taun yang lengkap dengan doa-doa dariku dan
Dian, Ratih pun menjawab dengan beberapa kalimat berisi ucapan terima kasih,
embel-embel lain, dan satu kalimat yang sangat menarik perhatian kami. Satu
kalimat pamungkasnya yang membuat kami rela menunggunya selama perjalanan
Pati-Solo sambil terus memandang twitter dan menunggu DM darinya. Beberapa jam
lamanya kami saling berbalas tweet, isinya sama, tak jauh-jauh tentang rayuan
agar Ratih mau menceritakan maksud dari kalimat pamungkasnya itu kepada kami.
Memang dari dulu kami selalu berbagi cerita, dua tahun berada dalam kelas yang
sama membuat kami semakin dekat satu sama lain. Kami sering terlihat bersama,
sebenarnya bukan hanya kami bertiga. Namun kami berempat, aku, Dian, Ratih, dan
Twin. Kami kemanapun selalu bersama. Bahkan ketika masih jaman-jamannya
sinetron "Kepompong" kami berasa menjadi keempat sahabat yang ada di
sinetron itu. Dian, dia memilih sebagai Cha Cha, alasannya karena dia agak
tomboi. Kemudian Ratih, dia menjadi Helen. Aku menjadi Tasya, karena aku yang
berperawakan paling tinggi diantara mereka. Dan Twin menjadi Baby, seorang
cewek yang feminim abis.
Beberapa lama menunggu akhirnya Ratih
mengirimkan pesan itu kepadaku dan Dian melalui DM. Hanya satu kalimat yang dia
kirimkan kepada kami, kalimat itu diakhiri emo senyum yang menandakan dia saat
ini sedang merasakan bahagia. Dengan cepatnya Dian pun menuliskan tweet dan
memention aku, Ratih, serta Twin . Isinya tentang keinginannya untuk bisa
berkumpul bersama, berempat. Dian juga mengirimkan pesan lewat WA kepadaku yang
isinya dengan suksesnya bisa menggetarkan hatiku. "Pengen deh, bobo bareng
kalian bertiga". Dalam hati, aku juga pengen. Pengen banget. Semoga
sebelum rencana itu berlangsung, kami bisa berkumpul bersama dan bercerita
sepuasnya. :)
Memang benar, " Seorang
sahabat tidak selalu dekat dengan mata, namun akan selalu dekat dengan
hati". Seperti kami,
walaupun sudah lama tidak bertemu dan tak saling bercerita. Bahkan untuk
sekedar mengirimkan sms atau menelpon pun jarang kami lakukan. Namun kami
masih saling memiliki perasaan yang sama, perasaan yang ada dari dulu sampai
sekarang, perasaan yang tidak akan pernah berubah, perasaan saling menyayangi
sahabat.
Miss you all..
Dian, Intan, Ratih, Twin.. ^^