17-12-2010
Yey ..!!!!!!
“LIBUR SATU TAHUN..!!”, pekikku dalam hati..
Meluapkan semua yang ada di hatiku, rasanya lega melihat selembar kertas pengumuman yang tertempel di mading gedung B lantai 3, disana tertulis “ kuliah terakhir pada tanggal 23 Desember 2010 dan kembali masuk tanggal 3 Januari 2011”..
Betapa senang hatiku, bagaikan mendapat setetes air sementara aku berada di tengah gurun yang gersang, yang haus akan keluarga, merindukan mereka semua yang ada di kampung halamanku. Tak sabar aku menanti saat itu tiba, ya jika dihitung detik ini juga maka enam hari lagi aku pulang. Enam hari, bukan waktu yang lama, namun akan terasa begitu lama ketika kau berada dalam sebuah penantian. Akan tetapi, selama apapun aku akan menunggu untuk sebuah kebahagian. Hehehehe. Detik-detik menjelang kepulanganku aku merasa ada yang aneh, membayangkan sambutan apa yang akan diberikan keluargaku, mungkin aku terlalu PD jika memikirkan ini, tapi mungkin seperti itu yang akan dilakukan nenekku saat melihat cucunya pulang ke rumah setelah sekitar empat bulan berada di kota orang.
“Mau dimasakkin apa?”, aku teringat kata-kata itu, dua setengah tahun yang lalu saat aku baru pertama kali pulang dari kos, saat itu aku baru mencoba menjelajahi dunia anak kos. Di rumah terasa di surga, apapun yang kau inginkan sebisa mungkin akan terpenuhi. Tak seperti Aladin yang hanya mempunyai tiga pemintaan, sedangkan kau bisa memiliki unlimited permintaan.. Bak seorang anak raja yang berada di istana, semua terasa begitu lengkap.
*Kembali ke topik..*
Ya, hari ini 18-12-2010..
Pagi-pagi sekali aku dan teman-temanku sudah sibuk dengan urusan tiket, kami berencana membeli tiket kereta hari ini juga untuk mewaspadai lonjakan penumpang menjelang natal. Untuk itu, kami sepakat mengirimkan utusan untuk pergi ke stasiun menyiapkan “gold card” yang akan memperlancar perjalanan kami.
Akhirnya kertas yang tak berukuran besar itu telah berada di kantongku, satu perlengkapan untuk pulkam beres. Yeah.. Agaknya terlalu lebay jika membicarakan pulkam dengan seheboh ini, namun ini memang moment yang aku dan semua temanku tunggu..
Demam pulkam*..
Mungkin virus itu yang sekarang munyerangku, menjalar-jalar bagai akar mangrove menyebar ke seluruh tubuhku. Tak ada persiapan spesial untuk pulkam. Hanya saja aku menyiapkan sesuatu yang khusus. Oleh-oleh sederhana untuk seseorang di kampung telah siap. Untuk adekku tersayang, walaupun kerap kali “bercekcok”, namun aku tahu dia sangat merindukanku, begitupula yang aku rasakan padanya. Hanya sebatas oleh-oleh sederhana dari kakakmu yang “sok cool” ini, semoga kau menyukainya adekku.
Hanya untuk adekku, empat orang lainnya yang berada di kampung mungkin tak seberuntung adekku yang akan mendapatkan buah tangan dariku. Aku pikir mereka tak perlu buah tangan, mengingat usia mereka yang tak muda lagi. Mungkin mereka lebih membutuhkan kehadiranku untuk mengobati rasa rindu mereka, atau malah menjadi orang yang selalu merepotkan mereka dengan segudang sikap dan sifat yang aku miliki. Entahlah, namun mereka pasti amat sangat dan benar-benar menantikan kedatanganku. Mereka, Bapak, Ibuk, mbah Yang, dan mbah Min. Orang-orang yang begitu berarti dalam hidupku.
Satu bulan yang lalu, lewat pesan singkat, aku tahu dari adekku bahwa ada tiga penghuni baru di rumahku. Aku pun penasaran, siapa mereka. Dan adekku berkata bahwa mereka adalah penerus Bitis. Terkejut mendengarnya, sebelumnya tak ada kabar apapun, namun tiba-tiba Bitis membawa keturunan baru untuk bergabung menjadi keluarga kami. Nampaknya aku mempunyai PR yang harus segera aku kerjakan, yaitu memberi nama “keturunan Bitis”, tiga keturunan berarti tiga nama. Sampai saat ini akupun belum menentukan siapa nama yang pas untuk mereka, aku masih menunggu wangsit dalam memberi nama bagi mereka. Hehehe... Jangan kau anggap serius kawan, jika kau tahu pastilah kau terkejut. Nah, sekarang akan kuberitahu padamu siapa Bitis itu. Bitis adalah nama “KUCING” kesayanganku. Hehehe.. Sejarahnya sangat panjang tentang asal mula kehadiran Bitis dalam kehidupan kami. Walaupun hanya seekor makhluk tak berakal, aku dan keluargaku tetap mengganggap Bitis seperti bagian dari kami. Tak jarang kehadirannya juga membawa keceriaan dalam hidup kami, maen-maen, mengelus-elus, berlari-larian dengan Bitis adalah hal yang sudah lama tak aku lakukan. Sangat rindu..