Mencoba memahami, menebak-nebak ataupun menduga apa yang ada di pikiran orang lain memang susah. Bahkan aku pun tak yakin apa yang para peramal omongkan ketika ia berusaha menebak pikiran orang lain. Pernah aku mendengar, ramalan hanyalah sebuah sastra. Ada sastra khusus yang biasa digunakan untuk menuliskan sebuah ramalan sehingga untaian katanya begitu mengena bagi si pembaca.
Tapi, jika memang benar ada kemampuan membaca hati orang lain, aku ingin mencoba. Mungkin aku akan menggunakannya dalam situasi yang genting, atau bahkan setiap hari aku ingin menggunakannya. Untunglah kemampuan itu tak ada. Aku pun hanya dapat menebak sesuai yang aku lihat. Dan itu sangat membingungkan bagiku.
Ketika goresan tinta mulai terhapus
Ketika keindahan kain memudar
Ketika celah perlahan mulai tertutup
Semua berbalik,
Menggulung, berputar, lalu berdiri
Ketika tinta menapakkan jejak baru
Ketika pelangi itu menghias untaian benang
Dan ketika sinar menggores celah kecil
Lagi-lagi semua berbalik
Kembali berdiri,
Aku berharap tak akan berputar dan menggulung
Tetaplah seperti ini
Untuk sesaat, aku akan tetap bertahan
Atau selamanya, semoga..
Aku selalu mengingat apa yang pernah kudengar. Bagiku kata-kata itu sangat berarti. Akan selalu kuingat, bahkan serasa bercampur dengan sari-sari makanan, seperti pembuluh xylem dan floem tumbuhan yang tak henti membawanya ke seluruh tubuh.
Aku masih berusaha tetap percaya, dan diam di tempat saat ini aku berada. Susah, memang benar. Tak tentu, itu yang kurasa. Berhasil menjebakku dalam situasi ini, sangat hebat. Terlalu memikirkan diriku, itulah salahku saat ini.
0 comments:
Posting Komentar